TRIBUNNEWS.COM, OELAMASI - Tujuh mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta dikejar massa dari Baun, ibukota Kecamatan Amarasi Timur hingga perbatasan Kota Kupang, sejauh 25 kilometer.
Mereka nyaris dirajam massa yang mengejar pakai sepeda motor. Para mahasiswa ini tertolong setelah dijemput puluhan anggota Polres Kupang menggunakan mobil Dalmas Polres Kupang.
"Para mahasiswa ini diamankan di Polres Kupang sementara. Diambil keterangan, lalu dilepas. Karena memang mereka bukan OPK (Orang Potong Kepala). Mereka sudah tunjukkan bukti kartu mahasiswa," jelas Kapolres Kupang, AKBP Michael Lingga Ken, didampingi Kasat Reskrim Polres Kupang, Iptu Raden Dwi Ramandhantio, S.H, di Mapolres Kupang, Kamis (30/10/2014) petang.
Tujuh mahasiswa yang nyaris menjadi korban rajam massa adalah Georgie Chrysandi Bangapadang, Kristo Mulyagan Robot, Hendri Pramono, M Banyu Bening, Martina Ari Saraswati, M David Yunan, dan Wachid Adnan.
Salah satu mahasiswa ISI Jogjakarta, Georgie Chrysandi Bangapadang, usai diperiksa penyidik, menuturkan kronologi peristiwa.
Awalnya mereka berangkat ke Pantai Tablolong untuk piknik, setelah kegiatan pentas seni di Kampus FKIP, Undana Kupang. Mereka menggunakan mobil Kijang Krista LGX DH 1463 AB. Namun karena jalan menuju Tablolong ditutup sementara, mereka berbalik arah dan menuju Baun, ibukota Amarasi.
"Saat tiba di Baun, pas jam anak sekolah pulang. Karena bertemu rombongan anak sekolah, kami berhenti membagi permen. Tapi anak-anak itu menghindar dan menyebut kami orang jahat," jelas Chrisandy.
Mereka melanjutkan perjalanan dan bertemu salah satu guru. Mereka bertanya di mana pantai. Lalu dijelaskan jalur jalan yang harus dilalui.
"Saat kami jalan lagi, kami bertemu dua ibu guru. Kami sempat berdialog dan bertanya, kenapa anak-anak takut kepada mereka? Lalu dua ibu guru itu jelaskan ada isu OPK (orang potong kepala). Jadi situasi genting dan orang asing selalu dicurigai," tutur Chrisandy menirukan penjelasan dua ibu guru itu.
Namun karena niat rombongan mahasiswa itu adalah piknik ke pantai, cerita dua ibu guru itu dilupakan. Mereka terus melanjutkan perjalanan ke pantai.
"Namun kami lihat pantainya masih jauh sekali. Karena ada bukit-bukit yang menghalangi. Kami balik lagi dengan mobil. Tapi saat tiba di pintu gerbang desa yang bertulis Jasa Raharja, kami diadang salah satu bapak menggunakan sepeda motor," cerita Chrisandy.
Setelah menjelaskan duduk persoalan, para mahasiswa dibawa ke rumah salah satu tokoh masyarakat. Mereka berlindung di situ, menunggu dijemput polisi.
"Datanglah dua anggota Polsek Baun. Tapi massa yang datang sudah semakin banyak. Bahkan ada yang sudah melempari mobil kami. Karena takut dirajam dan dibunuh massa, dua anggota Polsek berinisiatif mengawal kami pulang ke Kupang," jelas Chrisandy.
Salah satu anggota polsek mengambil alih kemudi mobil. Namun, lanjut Chrisandy, mereka dikejar massa menggunakan sepeda motor.
"Massa terus kejar mobil kami sambil berteriak OPK...OPK..! Mereka membawa golok, kayu dan batu. Di setiap persimpangan jalan, massa mengadang tapi mobil terus dipacu. Terjadi kejar-kejaran yang sangat seru dan sengit. Sangat menakutkan!" kisah Chrisandy.
Tiba di persimpangan di Rumah Sakit Santu Boromeus, Sikumana, mobil Dalmas Polres Kupang tiba lalu mengadang massa. Sedangkan mobil yang ditumpangi mahasiswa terus lari menyelamatkan diri ke Mapolres Kupang di Babau.
Pantauan Pos Kupang (Tribunnews.com Network), para mahasiswa diambil keterangan di Mapolres Kupang, Kamis malam, dipantau langsung Kapolres Kupang, AKBP Michael Lingga Ken dan Kasatreskrim Iptu Raden Dwi R.
Para mahasiswa sempat diberi makan dan minum lalu dilanjutkan pemeriksaan. Para mahasiswa menolak diambil gambarnya. Bahkan ada oknum penyidik Satreskrim bernama Rio Siahaan melarang wartawan meliput kasus tersebut.
Pukul 19.00 Wita, Dekan FKIP Undana, Dr. Marsel Robot didampingi Pembantu dekan I Dr. Paul Taek, Pembantu Dekan 2 Markus Hewar, Pembantu Dekan 3 Melkianus Taneo, dan Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra, Christ Labuludji, tiba di Mapolres Kupang untuk berkoordinasi dengan penyidik.
No comments:
Post a Comment