Semalam, aku tidur lebih cepat dari biasanya. Kira-kira pukul sembilan malam lampu kamar sudah ku matikan. Kepalaku tiba-tiba pusing . Aku tak tahu sebabnya atau mungkin karena aku baru mengetahui bahwa engkau telah menemukan penggantiku hanya empat bulan setelah kita sepakat untuk berpisah. Tepat.
Empat bulan terhitung cepatsekali dibandingkan dengan aku di sini, hampir dua tahun aku menutup rapat hatiku untuk yang lain. Selama itu pula aku berharap engkau untuk kembali. Karena ku yakin bahwa aku adalah rumahmu. Kita adalah surga kecil saat itu.
Kini, aku coba perlahan untuk menjauh dari jurang pengharapanku. Aku perbaiki rumah ini untuk penghuni yang baru. Entah kapan ia akan datang. Tapi satu hal yang aku syukuri sekarang, rumah ini semakin indah setelah engkau tiada.
Semoga engkau dapatkan apa yang kau cari, yang tak kau temui dariku. Doa ini tulus karena engkau dahulu adalah separuh jiwaku.
Kini, kehilangan tidak perlu sesal. Ia akan kembali kepadaku dalam wujud yang lain yang tidak kalah baiknya.
Empat bulan terhitung cepat
Kini, aku coba perlahan untuk menjauh dari jurang pengharapanku. Aku perbaiki rumah ini untuk penghuni yang baru. Entah kapan ia akan datang. Tapi satu hal yang aku syukuri sekarang, rumah ini semakin indah setelah engkau tiada.
Semoga engkau dapatkan apa yang kau cari, yang tak kau temui dariku. Doa ini tulus karena engkau dahulu adalah separuh jiwaku.
Kini, kehilangan tidak perlu sesal. Ia akan kembali kepadaku dalam wujud yang lain yang tidak kalah baiknya.
Ditulis bersama segelas kopi yang diaduk lembut oleh lagu Senandung Lirih milik Om Iwan Fals.
No comments:
Post a Comment