Minggu ini aku baru saja membuat satu rekor dalam hidupku. Rekor yang sangat biasa dan mudah dilakukan oleh siapa saja. Tetapi bagi orang sepertiku, rekor ini cukup unik karena terbilang lucu dan sedikit norak. Aku memang suka membaca tetapi kecepatan membacaku terhitung sangat lambat. Bahkan jika boleh dibandingkan jauh lebih cepat laju kura-kura di dalam kardus yang dibawa bocah ingusan saat berkendara sepeda motor daripada kemampuan membacaku saat ini. Keuletan adalah kata lain dari namaku.
Sepekan ini aku baru saja selesai membaca dua buah buku sekaligus. Pertama, Sabtu Bersama Bapak yang ditulis oleh Adhitya Mulya dan kedua, Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi dengan penulisnya adalah Aan Mansyur, idolaku.
Aku membutuhkan lima hari untuk menyelesaikan Sabtu Bersama Bapak dan rekor mulai tercipta saat aku jatuh didunia kesepian dan kesunyian bernama Aan Mansyur. Aku hanya butuh satu hari dan mungkin kurang untuk mengkhatami Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi. Ini hal yang baru bagiku, biasanya aku menghabiskan beberapa hari untuk menelan habis satu buah buku. Rekor yang norak bukan? haha. Dan sampai saat ini, aku masih bertanya-tanya, Apakah tokoh Jiwa dan Nanti benar-benar ada? atau fiktif belaka. Aku kira itu karangan mas Aan saja.
Di bawah meja belajarku masih tersisa novel yang sama sekali belum aku sentuh dan sampai-sampai aroma khas buku barunya sudah lenyap. Tak sadar novel tersebut sudah lama aku beli. Aku bahkan lupa kapan tepat membelinya. Masih terdapat beberapa novel bagus yang menunggu dibaca, Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan dan Ayat-Ayat Cinta 2 milik Habiburrahman El Shirazy. Menarik.