Hai, apa kabar Jumat soreku yang tenang? Semoga selalu baik dan bahagia.
Saat dirimu sudi membuka dan membaca surat ini, aku sudah dapat membayangkan pasti kamu bertanya-tanya, "surat apa ini?" Dan berkata, "Teknologi sudah secanggih ini masih saja komunikasi pakai cara lama seperti ini." Norak!
Untuk kelakuanku ini, aku minta maaf.
Melalui surat ini pula mudah-mudahan tersampaikan maksud hatiku. Aku ingin sekali kenal dengan dirimu. Aku yang tak tahu bagaimana untuk memulai berteman denganmu. Mohon maklum atas usahaku kenal dirimu.
Aku sengaja titipkan surat ini melalui tukang jus buah di depan kosanmu berada. Aku sungguh berterima kasih padanya jika surat ini sampai pula ketanganmu.
Lagi-lagi ini terlihat norak. Mengapa harus tukang jus buah yang aku pilih? Sedangkan kamu pasti memiliki banyak teman. Tapi bagaimana mungkin aku tahu siapa temanmu bahkan namamu pun aku belum juga tahu.
-/-
Cerita ini mungkin perlu juga kamu tahu, bagaimana aku pertama kali melihatmu.
Jumat pertama.
Jumat sore yang pasti kamu tidak tahu kapan tetapi aku ingat tanggal berapa itu, dirimu berjalan dengan tenang melewati aku yang sedang berada di bengkel motor tua saat perbaiki motorku yang juga sudah tua. Aku dapat pastikan bahwa kamu baru saja pulang dari kantor karena kamu terlihat begitu letih saat itu. Tak lebih dari tiga detik kita saling pandang dan begitu mudahnya dirimu mampu membuatku penasaran untuk mengenalmu.
Lagi-lagi hal norak aku lakukan, diam-diam aku ikuti kamu. Kamu yang sempat mampir ke tukang sate mungkin membeli bekal makan malammu kemudian juga ke alfamart. Sampai aku tahu dimana kamu tinggal. Kamu pun pasti tahu bahwa ada seorang cowok mengikutimu. Karena sebelum kamu masuk ke kosanmu tak sengaja kamu melihatku yang berada tak jauh darimu. Aku memang bodoh untuk hal itu.
Senin sore tiga hari setelah Jumat yang menyenangkan itu aku menunggumu melewati jalan yang sama. Sayang kamu tak kunjung terlihat sampai sore habis dimakan malam.
Jumat kedua.
Aku tidak terlalu yakin akan bertemu denganmu. Tetapi aku tidak putus harapan. Jumat itu aku memang sedikit lelah sehingga aku sengaja membeli jus buah di depan kosanmu. Jam sudah menunjukan pukul lima lewat tiga puluh menit. Aku semakin ragu dapat melihatmu. Tetapi takdir menguntungkanku. Kamu berjalan persis di sampingku yang duduk dibelakang gerobak tukang jus buah. Aku tersenyum dalam hati karena aku tak ingin terlihat norak di depanmu.
Apa lah daya, aku hanya mampu melihatmu tanpa berkata sepatah katapun. Dan aku sudah bahagia. Semudah itu.
Karena hanya hari Jumat aku dapat melihatmu. Biarkan lah aku memanggilmu "Jumat soreku yang tenang". Terima kasih sudah menjadi sedemikian menyenangkanku. Sesederhana itu.
Terakhir, aku tak tahu apakah engkau sudah memiliki pacar atau bahkan sudah bersuami. Oleh karena itu, mohon maaf atas kelancanganku ini.
Aku adalah orang yang sejak Jumat 15 Juli telah resmi menjadi "secret admirer" dirimu tetapi kini tak lagi menjadi rahasia :))
Terima kasih sudah bersedia membaca surat ini. Norak ya? Iya :))))
Aku tak cukup mampu membayangkan jika kamu melanjutkan kekonyolan ini dengan membalas suratku ini.
Tiba-tiba tukang jus buah di depan kosanmu memanggil aku dan berkata "anak muda, ada surat balasan darinya untukmu!" Hah? Tidak mungkin.
Jika itu merepotkanmu, aku sisipkan nomor ponselku. Mungkin saja kamu tertarik untuk memulai pertemanan kita ini.
Sekali lagi, terima kasih.